BUILDING SPIRITUAL LEADERSHIP & MANAGERIAL

Pemateri
BUILDING SPIRITUAL LEADERSHIP & MANAGERIAL

Spiritualitas sering kali disalahpersepsikan sebagai sesuatu yang kontra produktif,  berkonotasi seseorang yang berdiam diri dan bertapa di gua. Di sisi lain di dunia kerja, spiritual organization semakin dikenal terbukti memberi etos kerja dengan passion yang berjangka panjang. Kepemimpinan dengan pendekatan spiritual didukung nilai-nilai yang telah ratusan tahun teruji coba, berpotensi terus berkembang ratusan tahun mendatang. Asalkan dijalankan dengan kunci-kunci spiritual yang benar, terbebas dari dari jebakan spiritual salah kaprah seperti tersebut di atas.
Mendapatkan kunci-kunci spiritual yang terjamin benar dan efektif, tidak cukup dari segudang pengetahuan, tapi harus teruji coba di dunia nyata. Melalui proses yang memperkuat keyakinan, menyebarkan manfaat dan kebijaksanaan hidup, memberi pengaruh karisma yang luas untuk bertransformasi positif. Dan yang menarik dalam pelatihan ini, semua perjuangan ujian itu dilalui dengan hati yang bahagia dan terbebas dari kegelisahan. Mencapai kemenangan yang bermula dari kemenangan terhadap diri sendiri.
Budaya adalah cermin. Budaya sebuah organisasi mencerminkan budaya kepemimpinan yang terbentuk, baik yang sengaja direncanakan maupun yang ‘terbudaya’ secara tidak terencana. Budaya kepemimpinan sebuah organisasi dihasilkan oleh dua hal  : pertama, bagaimana setiap insan dalam organisasi mau dan mampu mempengaruhi dirinya mencapai tujuan yang ditetapkan oleh organisasi, dan kedua, apa saja aspek inernal dan eksternayang menginspirasi setiap insan yang terlibat di dalamnya.
Perusahaan tentu telah mengalami berbagai tantangan eksistensi budaya kepemimpinan dan penting bagi perusahaan untuk memiliki budaya yang sesuai dengan dinamika tujuan organisasi, dinamika tuntutan masyarakat yang terus berkembang dan dinamika kebutuhan eksistensi setiap insan yang terlibat di dalamnya.
Atas dasar pendahuluan ini, dan karena perusahaan ingin memiliki budaya kepemimpinan yang semakin berdaya dan memberdayakan, menjawab dua pertanyaan berikut ini menjadi penting; pertama, “How do you influence yourself to achieve yourdesired outcome?”, dan kedua, “How do you built positive working habits, which inspire each other?” Menjawab dua pertanyaan kepemimpinan di atas tentu membutuhkan media dan metodologi yang tepat agar budaya interaksi yang terjadi adalah budaya organisasi yang bersinergi dan produktif.

  • Tujuan

    Tujuan setelah mengikuti pelatihan ini bagi peserta:
        Merangsang pola fikir seorang pemimpin yang memiliki rasa empati, jiwa sosial, keramahan dan kesantunan dalam memimpin.
        Memiliki sikap positif sehingga mampu menghilangkan personal block maupun interpersonal block guna meningkatkan produktifitas dalam bekerja dan berhubungan dengan rekan sekerja.
        Membangun pemahaman pentingnya menjujung tinggi kejujuran dan keta’atan pada nilai-nilai moralitas (agama) dalam bekerja.
        Meningkatkan kreatifitas dan inisiatif dalam memecahkan masalah kelompok untuk mendapatkan solusi atas setiap permasalahan yang ada.
        Meningkatkan kepekaan dan kecepatan dalam menanggapi segala sesuatu (responsif).
        Mampu membangun hubungan yang sinergis antar karyawan sehingga tumbuh semangat tim yang dapat mendorong keberhasilan.
        Membangun kemampuan Coaching dan Counseling sebagai seorang pemimpin.
        Memahami potensi dan gaya kepemimpinan yanng dimiliki untuk dikembangkan lebih lanjut.
        Memiliki jiwa corsa yang tinggi terhadap Perusahaan.
        Memahami dan menyadari peran setiap insan sebagai bagian dari budaya kepemimpinan yang berperan bagi keberhasilan diri dan organisasi.
        Menyadari sikap, nilai dan refleksi mental dalam diri untuk meningkatkan kepercayaan diri, membangun kredibilitas kepemimpinan dan kemampuan serta kemauan mengekspresikan diri secara positif.
        Memberdayakan interaksi positif untuk meningkatkan kualitas hubungan intrapersonal dan interpersonal serta kemampuan membangun kredibilitas diri.
        Merefleksi dan menguatkan dasar-dasar kepemimpinan diri (self leadership) yang merupakan inti energi dari awal sebuah kepemimpinan (initial leadership).
        Mengenali dan menyesuaikan model interaksi (model the way) yang tepat bersama anggota tim dengan kenali pola-pola berpikirnya, saat menjadi coach dan motivator bagi mereka.
        Mengenal dan menggunakan potensi dan kecenderungan berpikir dan berperan dari anggota tim untuk mudahkan menginspirasikan tujuan bersama dan mencapai tujuan yang disepakati bersama.

  • Materi

    Materi yang akan disampaikan dalam pelatihan ini yaitu:

    Hari Pertama
        Prinsip-prinsip berperan sebagai Manager sekaligus pemimpin.
        Refleksi mentalitas / sikap seorang pemimpin, nilai- nilai luhur  yang dianut seorang pemimpin dan kecenderungan berpikirnya.
        Kaidah kepemimpinan dan kredibilitas diri (self leadership) dan pengaruhnya terhadap pemberdayaan orang lain.
        Menggunakan sumber energi positif untuk membangun resonansi  (gaung positif vertikal dan horizontal) dalam kelompok kerjanya
    Hari Kedua
        Menggunakan pola linguistik persuasif untuk membangun kerjasama secara lebih erat dengan anggota tim.
        Membiasakan strategi pengelolaan konflik diri dan antar pribadi dan mencapai keselarasan baru dalam proses pencapaian tujuan bersama.
        Team Leadership, bagaimana menjadi inspirator dan orang yang dapat membangun resonansi positif dalam dinamika kelompok.
        Spiritual Achievement Motivation through Sub-Conscious Mind.

  • Metode

    Pelatihan ini dilaksanakan dengan metode:
        Presentasi, Diskusi Interactive, Brainstorming, Studi Kasus, Evaluasi.

  • Participants

    Pelatihan ini disarankan untuk diikuti oleh:
        Assistant Manger, Manajer Lini Pertama dan Manajer Menengah, General Manager.

BUILDING SPIRITUAL LEADERSHIP & MANAGERIAL

Pemateri
BUILDING SPIRITUAL LEADERSHIP & MANAGERIAL

Spiritualitas sering kali disalahpersepsikan sebagai sesuatu yang kontra produktif,  berkonotasi seseorang yang berdiam diri dan bertapa di gua. Di sisi lain di dunia kerja, spiritual organization semakin dikenal terbukti memberi etos kerja dengan passion yang berjangka panjang. Kepemimpinan dengan pendekatan spiritual didukung nilai-nilai yang telah ratusan tahun teruji coba, berpotensi terus berkembang ratusan tahun mendatang. Asalkan dijalankan dengan kunci-kunci spiritual yang benar, terbebas dari dari jebakan spiritual salah kaprah seperti tersebut di atas.
Mendapatkan kunci-kunci spiritual yang terjamin benar dan efektif, tidak cukup dari segudang pengetahuan, tapi harus teruji coba di dunia nyata. Melalui proses yang memperkuat keyakinan, menyebarkan manfaat dan kebijaksanaan hidup, memberi pengaruh karisma yang luas untuk bertransformasi positif. Dan yang menarik dalam pelatihan ini, semua perjuangan ujian itu dilalui dengan hati yang bahagia dan terbebas dari kegelisahan. Mencapai kemenangan yang bermula dari kemenangan terhadap diri sendiri.
Budaya adalah cermin. Budaya sebuah organisasi mencerminkan budaya kepemimpinan yang terbentuk, baik yang sengaja direncanakan maupun yang ‘terbudaya’ secara tidak terencana. Budaya kepemimpinan sebuah organisasi dihasilkan oleh dua hal  : pertama, bagaimana setiap insan dalam organisasi mau dan mampu mempengaruhi dirinya mencapai tujuan yang ditetapkan oleh organisasi, dan kedua, apa saja aspek inernal dan eksternayang menginspirasi setiap insan yang terlibat di dalamnya.
Perusahaan tentu telah mengalami berbagai tantangan eksistensi budaya kepemimpinan dan penting bagi perusahaan untuk memiliki budaya yang sesuai dengan dinamika tujuan organisasi, dinamika tuntutan masyarakat yang terus berkembang dan dinamika kebutuhan eksistensi setiap insan yang terlibat di dalamnya.
Atas dasar pendahuluan ini, dan karena perusahaan ingin memiliki budaya kepemimpinan yang semakin berdaya dan memberdayakan, menjawab dua pertanyaan berikut ini menjadi penting; pertama, “How do you influence yourself to achieve yourdesired outcome?”, dan kedua, “How do you built positive working habits, which inspire each other?” Menjawab dua pertanyaan kepemimpinan di atas tentu membutuhkan media dan metodologi yang tepat agar budaya interaksi yang terjadi adalah budaya organisasi yang bersinergi dan produktif.

  • Tujuan

    Tujuan setelah mengikuti pelatihan ini bagi peserta:
        Merangsang pola fikir seorang pemimpin yang memiliki rasa empati, jiwa sosial, keramahan dan kesantunan dalam memimpin.
        Memiliki sikap positif sehingga mampu menghilangkan personal block maupun interpersonal block guna meningkatkan produktifitas dalam bekerja dan berhubungan dengan rekan sekerja.
        Membangun pemahaman pentingnya menjujung tinggi kejujuran dan keta’atan pada nilai-nilai moralitas (agama) dalam bekerja.
        Meningkatkan kreatifitas dan inisiatif dalam memecahkan masalah kelompok untuk mendapatkan solusi atas setiap permasalahan yang ada.
        Meningkatkan kepekaan dan kecepatan dalam menanggapi segala sesuatu (responsif).
        Mampu membangun hubungan yang sinergis antar karyawan sehingga tumbuh semangat tim yang dapat mendorong keberhasilan.
        Membangun kemampuan Coaching dan Counseling sebagai seorang pemimpin.
        Memahami potensi dan gaya kepemimpinan yanng dimiliki untuk dikembangkan lebih lanjut.
        Memiliki jiwa corsa yang tinggi terhadap Perusahaan.
        Memahami dan menyadari peran setiap insan sebagai bagian dari budaya kepemimpinan yang berperan bagi keberhasilan diri dan organisasi.
        Menyadari sikap, nilai dan refleksi mental dalam diri untuk meningkatkan kepercayaan diri, membangun kredibilitas kepemimpinan dan kemampuan serta kemauan mengekspresikan diri secara positif.
        Memberdayakan interaksi positif untuk meningkatkan kualitas hubungan intrapersonal dan interpersonal serta kemampuan membangun kredibilitas diri.
        Merefleksi dan menguatkan dasar-dasar kepemimpinan diri (self leadership) yang merupakan inti energi dari awal sebuah kepemimpinan (initial leadership).
        Mengenali dan menyesuaikan model interaksi (model the way) yang tepat bersama anggota tim dengan kenali pola-pola berpikirnya, saat menjadi coach dan motivator bagi mereka.
        Mengenal dan menggunakan potensi dan kecenderungan berpikir dan berperan dari anggota tim untuk mudahkan menginspirasikan tujuan bersama dan mencapai tujuan yang disepakati bersama.

  • Materi

    Materi yang akan disampaikan dalam pelatihan ini yaitu:

    Hari Pertama
        Prinsip-prinsip berperan sebagai Manager sekaligus pemimpin.
        Refleksi mentalitas / sikap seorang pemimpin, nilai- nilai luhur  yang dianut seorang pemimpin dan kecenderungan berpikirnya.
        Kaidah kepemimpinan dan kredibilitas diri (self leadership) dan pengaruhnya terhadap pemberdayaan orang lain.
        Menggunakan sumber energi positif untuk membangun resonansi  (gaung positif vertikal dan horizontal) dalam kelompok kerjanya
    Hari Kedua
        Menggunakan pola linguistik persuasif untuk membangun kerjasama secara lebih erat dengan anggota tim.
        Membiasakan strategi pengelolaan konflik diri dan antar pribadi dan mencapai keselarasan baru dalam proses pencapaian tujuan bersama.
        Team Leadership, bagaimana menjadi inspirator dan orang yang dapat membangun resonansi positif dalam dinamika kelompok.
        Spiritual Achievement Motivation through Sub-Conscious Mind.

  • Metode

    Pelatihan ini dilaksanakan dengan metode:
        Presentasi, Diskusi Interactive, Brainstorming, Studi Kasus, Evaluasi.

  • Participants

    Pelatihan ini disarankan untuk diikuti oleh:
        Assistant Manger, Manajer Lini Pertama dan Manajer Menengah, General Manager.

SUCCESS WITH EMOTIONAL INTELLIGENCE
  • PILIHAN KELAS
  • :
  • Online

SUCCESS WITH EMOTIONAL INTELLIGENCE

    • 28 - 29 Maret 2024
    Rp 3.500.000
BUILDING SPIRITUAL LEADERSHIP & MANAGERIAL
  • PILIHAN KELAS
  • :
  • Tatap Muka
  • Online

BUILDING SPIRITUAL LEADERSHIP & MANAGERIAL

    • 9 - 10 Mei 2024
    Rp 4.500.000
    • 6 - 7 Mei 2024
    Rp 3.500.000